JENIS STRUKTUR PERKERASAN

  1. JENIS PERKERASAN 

    Struktur perkerasan jalan berkembang dengan pesat pada zaman keemasan Romawi. Pada saat itu telah mulai dibangun jalan - jalan yang terdiri dari beberapa lapis perkerasan. Perkembangan struktur perkerasan jalan seakan berhenti dengan mundurnya kekuasaan Romawi sampai awal abad ke-18. Pada saat itu beberapa ahli dari Perancis, Skotlandia menemukan sistem - sistem struktur perkerasan jalan yang sebagian sampai saat ini masih umum digunakan di Indonesia maupun di negara - negara lain di dunia.
    John Louden Mae Adam ( 1756 - 1836 ), dari Skotlandia memperkenalkan struktur perkerasan yang terdiri dari batu pecah atau batu kali, port - port diatasnya ditutup dengan batu yang lebih kecil / hdus. Jenis perkerasan ini terkenal dengan nama perkerasan Macadam. Untuk memberikan lapisan yang kedap air, maka di atas lapisan Macadam diberi lapisan aus yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan ditaburi pasir kasar.
Pierre Marie Jerome Tresaquet ( 1716 - 1796 ) dari Perancis mengembangkan sistem lapisan batu pecah yang dilengkapi dengan drainase, kemiringan melintang serta mulai menggunakan pondasi dari batu.
    Thomas Telford ( 1757 - 1834 ) dari Skotlandia membangun jalan mirip dengan apa yang dilaksanakan Tresaquet. Stniktur perkerasannya terdiri dari batu pecah berukuran 15/20 sampai 25/30 yang disusun tegak. Batu - batu kecil diletakkan di atasnya untuk menutup port - port yang ada dan memberikan permukaan yang rata.
    Perkerasan jdan dengan menggunakan aspd sebagai bahan pengikat telah ditemukan pertama kali di Babylon pada 625 tahun sebelum Masehi. tetapi perkerasan ini tidak berkembang sampai ditemukannya kendaraan bermotor bensin oleh Gottlieb Daimler dan Karl Benz pada tahun 1880. Mulai tahun 1920 sampai sekarang teknologi stniktur perkerasan dengan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat maju pesat.
    Struktur perkerasan menggunakan semen sebagai bahan pengikat telah ditemukan pada tahun 1828 di London, tetapi sama halnya dengan perkerasan menggunakan aspal, perkerasan ini mulai berkembang pesat awd tahun 1900- an. ( sumber : Perkerasan Lentur Jalan Raya, Silvia Sukirman, Penerbit Nova, 1992 )
Dalam perkembangan berikutnya struktur perkerasan jalan dapat dibedakan berdasarkan bahan pengikatnya yaitu terdiri atas :
1.      Struktur perkerasan lentur (flexible pavement).
2.      Struktur perkerasan kaku (rigid pavement). 
3.      Struktur perkerasan komposit (composite pavement)

 

2. JENIS - JENIS STRUKTUR PERKERASAN

2.1. Struktur Perkerasan Lentur ( Flexible Pavement )

        Perkerasan lentur ( fiexible pavement ) adalah perkerasan yang menggunakan aspd sebagai bahan pengikat. Struktur perkerasan lentur terdiri atas lapisan - lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan - lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan dibawahnya, seperti yang terlihat pada gambar 2.1 dan gambar 2.2.

Struktur perkerasan lentur dipandang dari keamanan dan kenyamanan berlalu lintas harus memenuhi syarat

1. Permukaan  yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak berlubang. 

2. Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang beke a di atasnya.

3. Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan permukaan jalan sehingga tidak mudah selip. 

4. Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika kena sinar matahari.

Secara struktural perkerasan lentur dipandang dari segi kemampuan memikul dan menyebarkan beban harus memenuhi syarat - syarat :
1. Ketebalan cukup sehingga mampu menyebarkan beban / muatan lalu lintas ke tanah dasar.
2. Kedap terhadap air, sehingga air tidak dapat masuk meresap kelapisan di bawahnya.

3. Permukaan mudah mengdirkan air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya dapat dengan cepat mengalir.

4. Kekakuan untuk memikul beban yang beke a tanpa menimbulkan deformasi yang berarti.


Jenis perkerasan lentur yang berkembang diantaranya, yaitu dapat dibedakan atas jenis lapis permukaannya terdiri atas :

1. Lapisan bersifat non struktural, berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air, antara lain :

a. Burtu ( Laburan Aspd Satu Lapis ), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragain, dengan tebal maksimum 2 cm.

b. Burda ( Laburan Aspd Dua Lapis ), merupakan lapis penutup yang terdiri dari aspal ditaburi agregat yang dikeqakan dna kali secara berturutan dengan tebal padat maksimum 3.5 cm.

c. Latasir ( Lapis Tipis Aspal Pasir ), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal dan pasir dam bergradasi menenis dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu dengan tebal 1 - 2 cm.

d. Buras ( Laburan Aspd ), merupakan lapis penutup terdiri dari lapisan aspal taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8 inch.

e. Latasbum ( Lapis Tipis Asbuton Murni ), menipakan lapis penutup yang terdiri dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang dicampur  secara dingin dengan tebal padat maksimum I cm.

2. Lapisan bersifat semi struktural, berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan menyebarkan beban roda, antara lain :

a. Lataston ( Lapis Tipis Aspal Beton ), dikenal dengan nama Not Rolled Sheet HIS ), menipakan lapis penutup yang terdiri dari campuran agregat bergradasi timpang, mineral pengisi filler ) dan aspd keras dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. Tebal padat antara 2.5 - 3 cm.

b. Lasbutag merupakan suatu lapisan pada struktur jalan yang terdiri dari campuran agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk, dihampar dan dipadatkan secara dingin. Tebal padat tiap lapisannya antara 3 - 5 Ch.

3. Lapisan struktural, berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan menyebarkan beban roda, antara lain :

a. Penetrasi Macadam ( Lapen ), merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Di atas lapen biasanya diberi laburan aspal dengan penutup. Tebal lapisan satu lapis dapat bervariasi dari 4 - 10 cm.

b. Laston ( lapis aspal beton ), merupakan suatu lapisan konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu.

 

2.2. Struktur Perkerasan Kaku Rigid Pavement )

        Perkerasan kaku ( rigid pavement ) adalah perkerasan yang menggunakan samen ( portland cement ) sebagai bahan pengikat. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakan di atas tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton. 

    Fungsi utama perkerasan kaku ( rigid pavement ) adalah untuk memikul beban lalu lintas secara nyaman dan aman dan selama umur rencana tidak terjadi kerusakan yang berarti. Untuk dapat memenuhi fungsi tersebut, perkerasan kaku harus :
1. Mereduksi tegangan yang terjadi pada tanah dasar sampai batas - batas yang masih mampu dipikul tanah dasar tersebut tanpa menimbulkan perbedaan lendutan / penurunan yang dapat merusak perkerasan itu sendiri.
2. Direneanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga mampu mengatasi penganih kembang susut dan penuninan kekuatan tanah dasar, serta pengaruh cuaca dan kondisi lingkungan.

2.3. Struktur Perkerasan Komposit ( Composite Pavement )

    Struktur perkerasan komposit adalah perkerasan kaku dengan lapisan beraspal pada pennukaan sebagai lapisan aus. Lapisan beraspal / lapisan aus ini diperhitungkan sebagai bagian yang ikut memikul beban.
    Perbedaan struktur perkerasan komposit dengan struktur perkerasan kaku adalah terletak pada lapisan permukaannya. Pada struktur perkerasan komposit, lapisan atas berupa lapisan beraspal sedangkan pada struktur perkerasan kaku berupa beton semen.




Comments

Popular posts from this blog

TUGAS PERTEMUAN 7 TJR III PENANGANAN KERUSAKAN PADA FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT

TUGAS TJR PERTEMUAN KE-6 KERUSAKAN JALAN ( FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT )

TUGAS TEKNIK JALAN RAYA III - PERTEMUAN KE-8 ( ALAT ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK PROSES PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN )